THE
SECRET
Namaku Nicolas Doniary Barvess.
Umurku 16 tahun. Semua orang tahu bahwa aku adalah anak seorang pengusaha kaya
di kota ini. Hanya dengan melihat nama belakangku,orang akan tahu siapa aku.
Benar! Klan Barvess adalah orang-orang terkenal dan berpengaruh.
Semua kesibukanku yang ekstra padat
hanyalah pelarianku agar tidak merasa sendirian. Kakakku,Alzamira Baverlyaneko
Barvess,sibuk dengan kliah semester pendeknya. Mama,seorang keturunan
Jepang,lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berlibur dan di salon
kecantikan daripada di rumah. Dan papa lebih mementingkan karier daripada
keluarga sendiri. Lengkap sudah ketersiksaan batinku.
Menurut penuturan kakakku, sebelum
usaha papa menjadi skala internasional,papa sangat dekat dengan anak-anaknya.
Mungkin hanya kacamata egoisku saja yang merasa papa sangat jauh,tak ada kasih
sayang dan perhatian. Mereka tak tau pemuda yang dulunya manja,sekarang tengah menderita siksa batin.
Segala bentuk kenakalan sudah kulakukan,tapi tak pernah membuahkan hasil. Ya
begitulah,tak pernah ada yang tahu semua itu kulakukan hanya untuk mendapat setitik perhatian dari orang
tuaku,terutama papa.
Kali ini ku tak tahan lagi,aku
ingin pergi dari hati yang sakit ini. Dengan tiket pesawat menuju Bali,rasanya
tak mungkin ada yang merasa kehilanganku. Dan ternyata dugaanku benar! Selama 2
minggu di Ubud,menghabiskan waktu dengan berfoya-foya,dan sering kehilangan
kesadaran karena teller,taka da yang tahu kepergianku.
Sore setelah sampai dirumah,ku
merasa ada orang dirumah selain mbok Iyem. Sebuah mobil keluaran Eropa terbaru diparkir di garasi
rumah. Hmm… Pasti kak Mira,batinku. Perlahan kunaiki tangga menuju kamar kak
Mira yang tak melewati ruangtamu. Takut mengganggu mbok Iyem.
Ketika mengintip dan melihat seorang gadis bermata sipit nan ayu dikamar
kakakku,kuketuk pintu dengan perlahan. “Kak Mira,ini aku Dodo,” panggilku.
Kakakku begitu terkejut mendapati
penampilan adik laki-laki satu-satunya. “Hai,Dod. Apa kabar nih? Lama gak jumpa
ya mickeydod-ku!” Kali ini aku yang terkejut,kakak masih ingat nama panggilan
kesayangannya padaku. Aku tersenyum pahit. “Very well,” jawabku singkat.
“Besok mama pulang lho,Dod! Kamu
mau minta oleh-oleh apa sama mama?”
“Gak ada. Lagian siapa juga yang
peduli aku,” jawabku ketus.
Air muka kakak kontan berubah merah,pertanda
ia marah. Gentian kini ia yang ketus, “ ya udah,” katanya ambil menutup pintu.
Aku tahu inilah masalah sensitifnya.
Pagi-pagi sekali kulihat kaka pergi
mengendarai mobil pribadinya. Kurasa ia ingin menjemput mama. Selang dua jam
berlalu,terdengar suara kaki-kaki memasuki rumah.
“Oh lega rasanya setelah melayani
klien perusahaan berminggu-minggu,” ucap seorang wanita dewasa.
“Mama sekarang istirahat aja
dulu,kakak mau buat makanan kesukaan mama dan Dodo buat sarapan,” kata kakak
penuh perhatian.
Aku mengintip sedikit dari pintu.
Yang kulihat hanyalah seorang wanita dewas yang kelihatan lelah itu terduduk di
sofa empuk hadiah ulang tahun papa dari perusahaannya. Sama sekali tidak mirip
ibu-ibu kebanyakan.
“Kak,mama denger Dodo abis liburan ke Bali ya? Kok gak ketemu
ya?” Ya iyalah gak ketemu. Mama aja sibuk sama diri sendiri sampe gak bias
bedain anaknya sama tukang kebun,gerutuku. Hahahaha aku jadi inagt kejadiannya.
Sore itu aku sekeluarga tengah
menginap di villa pribadi kami dalam rangka mengisi hari libur selama 3 hari.
Ketika itu umurku 15 tahun. Oh iya kami juga memiliki peternakan sapi di
belakang villa. Pagi ke-2, aku berkeliling villa untuk berolahraga tentu saja aku memakai pakaian biasa ( kaus
oblong + celana training ¾). Ketika melihat bunga-bunga yang layu aku berniat
menyiramnya dan dan memberi pupuk. Lalu saat aku tengah asyik menanam bunga,
terdengar sebuah suara dari kejauhan.
“ Do! Itu rumput di belakang udah
kayak pagar aja! Potongin nanti ya! Jangan lupa sapi-sapinya juga dikasih makan.”
Kurasa perintah itu untukku.
Tanpa ba-bi-bu , aku kerjakan
perintah iyu. Kemudian aku melihat dari kejauhan,mama tengah merangkul tukang
kebun sekaligus pengurus villa kami,Rido. Mama terdengar mengomel panjang.
“ Do, kamu ini pergi kok nggak
kasih tau mama? Ihh sebel deh. Mama udah capek nyariin kamu tau! Mending kamu
mandi gih! Bau amat kam, nak! Nanti kita sarapan bareng ya,”ceracau wanita itu.
Wow, kenapa bukan aku yang di suruh mandi ya? Tapi kok tukang kebun itu?
Aku berjalan mendekat. Tak rela
rasanya jika aku disamakan dengan tukang kebun.
“Ma! Dodo disini nih! Bukan dia!”
tunjukku pada pemuda jangkung itu. Jarakku dan mama kira-kira 3 meter.
"Heh Rido! Ngapain kamu manggil saya mama! Gak level tau!!"
"Please deh.ma! Masa' aku disamain sama dia!!", bentakku.
"DIAM!!! Saya atasan kamu! Kamu gak pantas bentak saya!"
Aku maju beberapa langkah ke depan mama. Firasatku mengatakan ada yang tidak beres.
"Liat baek-baek maaaaa... Ini Dodo", sekali lagi aku membentak mama. Kemudian mama memperhatikanku lekat-lekat.
"Astaga naga,Do! Maafin mama ya"
"Gak mau!",ucapku asal.
"Anak mama kok gitu?"
"Anak mama kan DIA!!!BUKAN AKU!!!", aku pergi meninggalkan mama yang terbengong. Semenjak hari itu hubunganku dengan mama memburuk.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dan aku pun terbangun dari lamunanku. Wanita itu ternyata sudah berada di sebelahku.Seperti bisa membaca pikiranku,ia pun berkata,"Do,kamu harus tau yang sebenarnya. Mama punya penyakit rabun jauh yang cukup parah. Kejadian di villa itu,mama betul-betul minta maaf ya"
Amazing! Ikatan batin yang kuat ternyata! Namun aku tetap tak bergeming. Dengan kasar kulepaskan tangan lembut itu dari bahuku. Aku kembali ke kamar dan membanting pintu.
Esok paginya aku bolos sekolah. Percuma rasanya aku masuk sekolah jika hanya terpaksa. Aku menghabiskan waktu itu dengan menyepi di rumah. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarku.
"Do,buka pintunya", hmphhh... Mama.
Mau apa lagi dia hari ini?, keluhku dalam hati. Lalu ku buka pintu itu. Mama langsung menghambur ke arahku dan memeluk kakiku.
"Maafin mama,Do...", wanita itu mulai terisak.
"Do,maafin mama", ulangnya.
Dengan dingin aku menatapnya.
"Buat apa kamu minta maaf? Kamu bukan ibu saya!"
" Maaf... Maafin mama...."
Lalu ku awaskan kakiku dari pelukannya,tapi malah membuatnya terjengkang.
"Heh kamu jangan pernah ganggu saya lagi!! Saya gak butuh ibu kayak kamu!", jawabku datar. Kemudian aku tinggalkan dia seorang diri.
"Heh Rido! Ngapain kamu manggil saya mama! Gak level tau!!"
"Please deh.ma! Masa' aku disamain sama dia!!", bentakku.
"DIAM!!! Saya atasan kamu! Kamu gak pantas bentak saya!"
Aku maju beberapa langkah ke depan mama. Firasatku mengatakan ada yang tidak beres.
"Liat baek-baek maaaaa... Ini Dodo", sekali lagi aku membentak mama. Kemudian mama memperhatikanku lekat-lekat.
"Astaga naga,Do! Maafin mama ya"
"Gak mau!",ucapku asal.
"Anak mama kok gitu?"
"Anak mama kan DIA!!!BUKAN AKU!!!", aku pergi meninggalkan mama yang terbengong. Semenjak hari itu hubunganku dengan mama memburuk.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dan aku pun terbangun dari lamunanku. Wanita itu ternyata sudah berada di sebelahku.Seperti bisa membaca pikiranku,ia pun berkata,"Do,kamu harus tau yang sebenarnya. Mama punya penyakit rabun jauh yang cukup parah. Kejadian di villa itu,mama betul-betul minta maaf ya"
Amazing! Ikatan batin yang kuat ternyata! Namun aku tetap tak bergeming. Dengan kasar kulepaskan tangan lembut itu dari bahuku. Aku kembali ke kamar dan membanting pintu.
Esok paginya aku bolos sekolah. Percuma rasanya aku masuk sekolah jika hanya terpaksa. Aku menghabiskan waktu itu dengan menyepi di rumah. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarku.
"Do,buka pintunya", hmphhh... Mama.
Mau apa lagi dia hari ini?, keluhku dalam hati. Lalu ku buka pintu itu. Mama langsung menghambur ke arahku dan memeluk kakiku.
"Maafin mama,Do...", wanita itu mulai terisak.
"Do,maafin mama", ulangnya.
Dengan dingin aku menatapnya.
"Buat apa kamu minta maaf? Kamu bukan ibu saya!"
" Maaf... Maafin mama...."
Lalu ku awaskan kakiku dari pelukannya,tapi malah membuatnya terjengkang.
"Heh kamu jangan pernah ganggu saya lagi!! Saya gak butuh ibu kayak kamu!", jawabku datar. Kemudian aku tinggalkan dia seorang diri.
*******************
Hari ini mama akan pergi dinas lagi. Dan dengar-dengar ke Argentina. Aku cuma cuek bebek saja saat mendengar berita itu dari kakakku.Tapi kemudian,ketika melihat wajah mama yang pucat,aku mendapat firasat buruk.
"Do,mama pergi dulu ya. Doa-in mama selamat sampai tujuan."
Tidak biasanya mama berkata begitu. namun aku tak menghiraukan kejanggalan itu. Lalu aku kembali ke kamar dan terbawa arus mimpi.
"Do,kamu baik-baik aja ya... jangan berantem lagi sama kakak", wanita itu berkata dengan mimik sendu.
"jangan! Jangan ma!", ku mulai terisak.
"Ma! Mama!!"
Kemudian sebuah suara merusak mimpiku. Kurasakan ada yang memukul wajahku dengan bantal.
"DODO!! Woooiiii! Bangun dooooong!!"
"Wooooiiii! Wooi", intonasi suara itu mulai meninggi.
"Hmmzzh.. Iya-iya aku bangun", siapa sih yang mengganggu aku tidur?
Kukucek-kucek mataku. Aku terpaku melihat wajah kakakku pucat pasi.
"Kakak kenapa?",hanya itu yang mampu ku ucapkan.
Tiba-tiba ia memelukku dan menangis terisak-isak di dadaku.
"Mama... Mama Do..", katanya.
"Kakak? Mama kenapa?"
"Mama.. Mama.....", ia tak sanggup menahan tangisnya.
"Kak! Bisa jelasin sama aku gak? Tenangin diri kakak dulu! Apa yang terjadi sama mama?", kataku tegas. Ia mulai menghentikan tangisannya dan mengatur nafasnnya.
"Sejam setelah kakak mengantar mama ke bandara, seseorang menelepon mama. Katanya pesawat yang mama tumpangi... pesawat yang mama tumpangi...", matanya mulai berkaca-kaca.
'Pesawaaatt nyaa..... sampai tujuannya,Do"
" Alah kak! Kakak lebay banget sih?Bilang aja kakak kangen mama!", ucapku kesal.
"Tapi,Do,pesawat mama emang sampe tujuannya. Tapi... Penumpangnya pada ngilang semua,termasuk mama"
"Haaaa????"
"Gadang bana muluik ang diak.."
"Akupun menutup mulutku. Dan mulai menangis. Aku kan hanya ingin mendapat perhatian mama saja. Tapi kenapa mama pergi secepat itu? Mamaaaaaaaaa....... Maafin dodo :(