Total Tayangan Halaman

Pages

666 (Perang Iblis Antarklan)

Oleh Alya Titania Annisaa'

***

' Aku tak bisa menerima fakta bahwa dunia sudah dikutuk. Pertikaian antarklan membuat dunia ini terasa seperti belanga penuh kekejian berdarah yang tak ada habisnya. Kau mungkin berfikir takkan mungkin seseorang berubah menjadi monster hanya karena membunuh satu kali. Tapi ingatlah, jalan pembalasan dendam selalu menyerempet bahaya. Dengan mengikuti jalan orang-orang yang kau benci, kau mengambil resiko menjelma menjadi mereka.'

***

"Kau pengkhianat Kinn! Kau pikir kau akan menjadi pahlawan ketika klan Shann menang dalam perang memperebutkan kekuasaan absolut ini? Kau salah besar!"
Dengan gerakan yang sangat cepat, Kinn berhasil melumpuhkan lawannya. Tangannya yang satu menceram kemeja pemuda yang sial itu, sedangkan tangannya yang lain mengenggam erat pisau lalu menghujam --dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya-- tepat ke jantung. Sesaat pemuda itu mengejang dan akhirnya tak bergerak lagi.

"Maafkan aku...," ucap Kinn lirih.

***

Di sudut malam yang lain, sebuah keluarga tengah geger akibat menghilangnya salah seorang anggota keluarga mereka. Gadis muda dengan garis wajah yang memancarkan keanggunan menangis histeris. Lolongan tangisnya sangat menyayat hati --seolah meneriakkan rasa duka yang mendalam yang dirasakannya.

***

Klan Shann dan Klan Triangle adalah musuh bebuyutan. Pertikaian antara dua klan ini membuat klan yang kalah mendapat kutukan berupa kulit kepala menjadi hitam kelam dan tubuh dipenuhi sisik. Salah satu dari klan Shann akan menjadi pemburu terakhir yang akan memutuskan siapa pemenang pertikaian ini. Tak peduli siapa yang memenangi perang, diktator bengis bernama Penguasa Kegelapan akan bangkit menjadi pemimpin dan menghancurkan dunia.

Perang telah mulai ketika digarisbawahi kematian Willy. Kau harus tau, roh Willy tidak beranjak pergi. Rohnya tersimpan di sebuah danau--Danau Jiwa.

Ketika sang pemburu mengorbankan separuh dari umurnya, kebangkitan Willy akan menjadi awal petaka.

***

Viv Ivins Triangle adalah puteri tunggal keluarga Anna Triangle--keluarga utama klan Triangle. Gadis yang biasa disapa Vivin itu sangat mempercayai pertanda. Seumur hidupnya, ia selalu berhasil menghindari berbagai masalah berkat pertanda di sekelilingnya. Tapi ia tak menyadari takdir yang telah tergaris di dalam jiwanya.

Kemampuannya yang melebihi manusia biasa itu membangkitkan monster yang menunggu di sayap-sayap tak kenal waktu, tak kasat mata, tapi selalu mengintai, lapar, dan tak sabar untuk membebaskan diri. Nantinya ia harus membayar mahal akan hal itu.

Ketika kawan menjadi lawan, kebenaran menjadi kebohongan, harapan adalah kata tanpa makna, dan kepercayaan menjadi lelucon belaka, Vivin terjebak dalam pertikaian yang akan mencabik kewarasannya.

***

"Kau dengar aku? Kau hanya perlu berjalan ke jurang itu dan kita akan kembali bersama...," senyum sedih terukir di bibir yang pucat itu.

"Aku mencintaimu, aku bersedia mati untukmu. Kau tak akan kesepian lagi," sahutku. Air mata sedih dan bahagia bercampur.

Pemuda itu tertegun mendengar perkataanku. Kemudian ia tersenyum dan berbalik, meninggalkanku sendiri di dalam kegelapan yang maha pekat ini.

"Tidak... Tidak... Tidak!!! Jangan pergi!!!"

Aku terbangun dengan terpekik. Ah... Kembali mimpi buruk membayangiku. Namun kali ini mimpi itu datang terlambat setelah semuanya terjadi.

Sekelebat bayangan menarik perhatianku. Aku mengikutinya, namun tiba-tiba ia mencekikku. Aku melihatnya! Aku melihatnya! Mukanya hitam penuh luka dengan darah yang telah mengering. Bau busuk dari luka yang menganga menyengat hidungku.

Aku terus meronta-ronta dan menendangnya, tapi ia cukup kuat. Dalam ketakutan, aku masih sempat meraba-raba dan mendapati garpu yang ada di atas meja. Tak ada waktu lagi. Aku menggunakan cara barbar, cara yang hanya dilakukan oleh makhluk yang mempunyai gigi--menggigit. Selama sepersekian detik ia melonggarkan cekikannya, tapi itulah yang kubutuhkan. Aku menusukkan garpu ke lehernya.

"Arghhh...."

"Suatu hari kau harus membayar akan hal ini, bajingan!!!"

Tiba-tiba muncullah angin puyuh dari sudut kamarku. Pemburu itu tersedot kedalamnya dan... Blap! Ia menghilang.

***

Purnama akan muncul besok, tepat disaat Hari Jadiku dengan Willy. Aku tahu Willy telah mengalami hal buruk. Ia terus-terusan datang di dalam mimpiku, mengajakku mati bersamanya. Aku harus menepati janji sehidup sematiku dengannya.

***

"Maafkan aku, ia mengancamku. Ia akan membunuh ibuku jika kau tak melakukannya. Dan demi cinta kita miliki, aku ingin kau menyerahkan jiwamu."

"Ya, aku bersedia." Air mata berlinang di mata gadis itu.

"Berjalanlah ke arah jurang itu. Dan kita akan bersama selamanya, Vivin"

Gadis itu berjalan mantap--tanpa keraguan. Sampai tibalah ia di bibir jurang. Ia kembali mengingat masa-masa bersama orang-orang yang dicintainya. Ia pikir itulah saat terakhirnya untuk mengingat mereka.

"Tunggu!!! Tunggu!!! Apa yang kau maksud dengan umur Kinn hanya tinggal 10 menit lagi?"

"Aku tak mengerti. Aku tak ada mengatakannya padamu."

"Apa yang kau lakukan pada saat itu? Apa yang kau pikirkan?"

"Aku memikirkan ibuku."

Pemuda itu terdiam--tanda tak mengerti. Tapi suara-suara itu kembali terdengar.

'Umur Kinn telah berkurang setengahnya saat percobaan pembunuhan pertama terhadap Vivin lima belas tahun yang lalu. Jadi seharusnya saat ini umur Kinn di dunia sudah habis.'

"Mengapa kau terdiam? Bukannya sudah saatnya untuk jiwaku pergi?"

"Tidak! Tidak! Tidak! Teruslah berpikir. Ingatlah tentang pemburu terakhir itu--Kinn. Pikirkan tentang segala sesuatu tentangnya!" Bentak pemuda itu tanpa sadar.

'Aku mencintainya, sungguh mencintainya. Tapi aku tak bisa mengkhianati klan. Dia harus mati! Willy hanyalah medium! Aku telah kehilangan banyak waktu.'

Tiba-tiba alam mengamuk. Angin puyuh hitam --yang penuh kebencian--mengantarkan sang pemburu terakhir.

"Kurasa kau sudah menyadarinya, Willy. Tak banyak waktu lagi, cepatlah kau pergi ke alam baka, Vivin!"

"Aku Viv Ivins, anak dari Lucifer Anna Triangle. Aku tak pernah diperintah oleh siapapun! Tidak juga kau Kinn!"

Vivin menyerang Kinn dengan pedang yang selalu dibawanya. Tapi Kinn dapat menghindar. Lalu Kinn menebaskan pedangnya yang panjang dan lurus ke arah Vivin--membalas serangan pertama dari Vivin. Serangan yang tiba-tiba itu membuat lengan kanan Vivin terluka.

Kembali Vivin menghunuskan pedangnya dan menyerang dengan cepat. Kinn yang sempat lengah tak dapat menghindar. Vivin menerjang Kinn hingga terjatuh dan mendarat dengan kikuk di atasnya. Pedang Kinn terlepas dari tangannya dan jatuh tepat di depan roh pemuda yang bernama Willy itu.

Vivin lalu menghujam jantung Kinn dengan membabi buta. Ia berkali-kali menusukkan pedangnya itu ke dada Kinn. Hingga akhirnya Vivin kelelahan dan berjalan menjauh dari tubuh Kinn. Ia melepaskan pedangnya yang penuh darah dengan gemetaran. Semula ia mengira Kinn telah mati. Tapi tidak. Dengan kekuatannya yang hampir habis ia mencoba duduk.

"Apakah cinta itu hanya untuk manusia wahai Sang Maha Pencipta?" tanya Kinn sembari mendongakkan kepala ke langit.

"Apakah cinta tidak bisa di miliki oleh iblis sekalipun? Inikah takdir Mu wahai Sang Maha Penguasa?" tanyanya lagi.

Ia menoleh ke arah Vivin.

"Maafkan aku. Aku sungguh-sungguh cinta padamu...."

Petir dengan ganasnya menyambar tubuh Kinn. Bersamaan dengan itu, roh Willy menghilang. Ia tlah kembali ke tempat dimana ia seharusnya. Dan tinggal lah Vivin sendirian menangis tersedu sedan.

***

Pekanbaru, 25 Juni 2014.
Powered by Telkomsel BlackBerry®